Kamis, 24 Desember 2009

SUPERVISI ALA PBS-IPA

Oleh Balawi AS.
Kepsek SDN Banjarbaru Utara 2 Kota Banjarbaru

PBS-IPA adalah guru biasa yang bertugas mendidik, mengajar dan melatih murid-murid di kelas, artinya mereka sama dengan guru lain pada umumnya, namun setelah menerima SK Walikota Banjarabru Nomor 182 tahun 2006, maka PBS-IPA adalah guru yang memiliki setumpuk tugas dan kewajiban yang menghadangnya, baik sebagai guru maupun sebagai penanggung jawab dalam kegiatan KKG khususnya mata pelajaran IPA di KKG, dan sebagai pembimbing guru IPA di masing-masing gugus.

Salah satu tugas yang paling berat adalah melakukan pendampingan di kelas terhadap guru anggota KKG IPA pada saat mengajar di kelas, “Mendampingi guru mengajar” khususnya pada waktu guru melakukan reel teaching, kegiatan ini bertujuan untuk memonitor sekaligus mengevaluasi terhadap guru anggota KKG IPA. Apakah segala sesuatu yang didapat pada waktu mengikuti kegiatan KKG di Gugus, baik berupa model, metode, teknik mengajar, dan penggunaan alat peraga dapat diaplikasikannya di dalam pembelajran atau tidak.

Dalam hal ini seorang PBS-IPA dituntut kepiawaiannya dalam mengelola, kegiatan ini, baik dalam bidang kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional maupun sosialnya. Karena keberhasilan maupun kegagalan dalam “Mendampingi saat guru mengajar” atau pelaksanaan reel teacing ini sangat ditentukan sekali oleh kemampuan seorang PBS-IPA, terutama kompetensi sosial untuk membangun komunikasi yang harmonis antara PBS dan sesama guru anggota KKG IPA.

Komunikasi yang dimaksud adalah bagaimana upaya membangun semangat kekeluargaan, kebersamaan, dan keterbukaan diantara anggota KKG dengan seorang PBS, sebab dengan keterbukaan diantara sesama anggota KKG semua permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru-guru dalam mengajar dapat diselesaikan dengan baik.

Memang tidak semua guru anggota KKG bersedia untuk terbuka dalam hal mengemukakan kesulitan-kesulitan/kekurannya, terutama dalam kegiatan pembelajaran lebih-lebih kalau kegiatan mereka diawasi/diamati pada waktu dia mengajar di kelas, apalagi setelah selesai mengajar guru yang bersangkutan diberi kesempatan untuk merefleksikan diri sebelum diberikan feet back dari PBS-IPA.

Kegiatan yang telah diuraikan di atas merupakan istilah yang saya sebut adalah “Supervisi Ala PBS IPA” Mengapa?, karena ada beberapa alasan yang mendasarinya.
- Supervisi lazimnya dilakukan oleh Kepala Sekolah, atau Pengawas.
- Supervisi pada umumnya mencari kelemahan/kekurangan guru dalam mengajar, karena berkaitan sekali dengan penilaian kinerja seorang guru.
- Supervisi yang dilakukan PBS-IPA berupa shering pengalaman dan tukar pendapat untuk mencari solusi.
- Hasil supervisi hanya terfokus pada upaya peningkatan pembelajaran di kelas, bukan kerkenaan dengan kinerja.

Dari alasan-alasan tersebut di atas bahwa supervisi yang dilakukan PBS-IPA tidak perlu ditakuti, dikhawatirkan, ataupun dihindari tetapi malah justru harus lebih diperbanyak frekunsinya agar kemampuan mengajar kita lebih daripada orang lain.

Dasar pemikirannya “Supervisi Ala PBS IPA” sangat sederhana sekali, kalau boleh saya analogikan bahwa “Seorang pemain bola yang profesional sangat sulit sekali untuk mencari cacat atau kelemehannya dalam mengolah bola, baik berupa sekill maupun teknis, tetapi kenyataan membuktikan bahwa penonton di luar lapangan jauh lebih hebat daripada pemain itu sendiri terutama untuk memberikan komentar, atau memberi masukan terhadap pemain bola” padahal saya yakin penonton sendiri tidak terlalu pintar dalam hal bermain bola.

Artinya apa? Kalau kita hubungkan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Seorang PBS-IPA bukan orang yang serba bisa dalam mengajar di kelas, baik dalam hal memilih metode, model, pendekatan, strategi dan pemilihan alat peraga, namun karena PBS-IPA memposisikan diri sebagai supervisor (penonton bola) kalau kita ibaratkan dalam permain bola. Seorang penonton/supervisor jauh lebih mudah dalam hal melihat, atau mengamati kelemahan-kelemahan /kekurangan-kekurangan guru yang sedang mengajar di kelas ketimbang guru itu sendiri.

Oleh sebab itu PBS-IPA dalam mengamati guru mengajar pada waktu reel teaching tidak asal-asalan atau sembarangan, namun tetap memagang instrument yang baku, yaitu berisi 19 komponen yang dikelompokkom menjadi 6 katagori.
Adapaun 6 katagori seperti di bawah ini adalah :
1. Guru memperhatikan aturan Pembelajaran IPA
2. Penggunaan Peralatan IPA
3. Interaksi selama pembelajaran
4. Jawaban Siswa
5. Pengetahuan IPA Guru
6. Tingkah laku Guru

Dari instumen tersebut dimulai dari bagaimana Guru memperhatikan aturan Pembelajaran IPA, pada istrumen ini ada 7 komponen yang perlu diperhatikan guru dalam mengajar, seperti : Memotivasi siswa dengan bercerita, fenomena, eksperemen atau lainnya, PBS-IPA memberikan kebebasan kepada guru untuk memotivasi siswa dengan berbagai pilihan, yang penting pada komponen ini apakah sudah tercapai atau belum, terutama dalam memberikan motivasi.

Setelah itu bagaimana guru dalam upaya menggali pengetahuan awal siswa serta mengarahkan perhatian siswa kepada masalah pokok, pada komponen ini guru dituntut mampu menggali hal-hal yang telah dan belum diketahui anak agar lebih mudah dalam hal mengarahkan peserta didik pada pokok masalah yang akan dibahas /diajarkan.

Komponen lain yang tidak kalah pentingnya adalah apakah pembelajaran dirancang dan dilaksanakan sesuai tujuan, membimbing siswa membuat kesimpulan berdasarkan pengamatan dan / data, penggunaan papan tulis mengikuti urutan logis, guru melaksanakan pemantapan untuk memperkuat pemahaman siswa. Ini penting karena bagaimanapun hebatnya seorang guru dalam hal memberikan motivasi maupun menggali pengetahuan tetapi kalau kegiatannya tidak dirancang dengan baik maka hasilnya kurang memuskan karena pembelajaran tidak punya tujuan jelas.

Kalau pembelajaran sudah dirancang dengan baik, yang perlu diperhatikan juga bagaimana guru dalam membimbing siswa dalam mengerjakan LKS termasuk dalam hal membuat kesimpulan.
Setelah kesimpulan dibuat, apakah ada pemantapan dari seorang guru untuk memperkuat pemahaman siswa, ini juga tidak luput dari pengamatan. Coba anda bayangkan penggunaan papan tulis saat guru mengajar saja ada aturannya sehingga kita kalau mau professional harus berpegang pada aturan.

Komponen berikutnya adalah Interaksi selama pembelajaran, apakah ada siswa mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan topik, guru memberikan penguatan positif , guru merangsang terjadinya interaksi, artinya dalam kegiatan pembelajaran itu apakah ada interaksi yang dilakukan siswa baik dengan bahan ajar, dengan siswa lain maupun dengan guru, baik berupa pertanyaan, pernyataan ataupun permasalahan. Kalau tidak terjadi interaksi yang diharapkan apakah ada upaya guru untuk merangsang anak untuk melakukan interaksi tersebut, baik dengan cara penguatan positif ataupun negatif tergantung situasi pada waktu itu.

Jawaban siswa dalam merespon kegiatan juga harus diperhatikan apakah siswa menjawab secara individual atau berjamah, ini juga penting diperhatikan agar anak yang mempunyai kemampuan lebih dan yang kurang selalu termonitor dengan baik, sehingga guru tidak keliru dalam menentukan katagori kualitatif terhadap anak didik. Sering kita menjumpai pada waktu anak menjawab pertanyaan guru, anak selalu menjawab bersama-sama “Berjamaah” ini terkesan anak yang berkemampuan kurangpun menjawab juga walaupun hanya mengikuti kawan yang berkemampuan lebih, ini tidak boleh terjadi terulang terus menerus karena akan berakibat fatal. Kita harus berani memastikan bahwa anak menjawab berdasarkan kemampuan sendiri bukan ada bisikan atau kata-kata teman yang lebih.

Kalau kita sudah mengetahui kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan secara individu, apakah siswa menjawab pertanyaan dengan kata-kata mereka sendiri, ini juga harus diperhatikan sehingga semua aktivitas anak termonitor dan terdeteksi dengan baik.

Kemudian apakah konsep yang diajarkan di kelas itu dapat dihubungkan dengan penerapan sehari-hari, atau apakah satu konsep pembelajaran dapat dihubungkan dengan konsep lain sehingga kelihatan betul korelasinya antara tiori pelajaran dengan kenyataan sehari-hari,

Komponen yang menjadi objek pengamatan terkahir adalah tingkah laku guru apakah pembelajaran dirancang dan dilaksanakan dengan suasana menyenangkan apa membosankan, ini juga hal yang tidak kalah pentingnya dengan komponen lain, sebab apabila pembelajaran tidak disenangi anak maka untuk mencapai tujuan itu sangat sulit karena siswa merasa tidak perduli dengan kegiatan pembelajaran, tetapi sebaliknya apabila siswa merasa senang dengan pembelajaran maka dengan sendirinya anak akan terlibat langsung dan tidak merasa kalau pelajaran akan berakhir sehingga anak merasa rugi apabila tidak mengikuti pelajarannya.
Disamping itu juga apakah suara gurunya jelas, nyaring, serta tidak monoton turut mempengaruhi dalam pembelajaran

Dari hasil supervise ini PBS selalu mendiskusikannya dengan guru yang didampingi saat mengajar, dengan tujuan agar guru mengetahui kelemahandan kelebihannya sehingga bersedia untuk memperbaiki pada pembelajaran berikutnya. Diskusi ini dilakukan berupa refleksi dari guru yang bersangkutan dan feed back dari PBS. Dari hasil diskusi ini direkomendasikan untuk perbaikan atau ditingkatkan. Itulah supervisi ala PBS IPA Kota Banjarbaru.

1 komentar: